Mengapa Xe dapat bereaksi?
Kereaktifan gas mulia akan bertambah seiring dengan
bertambahnya nomor atom. Bertambahnya nomor atom akan menambah jari-jari atom
pula. Hal ini mengakibatkan gaya tarik inti atom terhadap elektron terluar
berkurang, sehingga lebih mudah melepaskan diri dan ditangkap zat lain. Sampai
saat ini, senyawa gas mulia yang sudah dapat bereaksi dengan zat lain adalah
xenon dan kripton, sedangkan helium, neon, dan argon masih sangat stabil.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa:
- Jari-jari atom unsur-unsur Gas Mulia dari atas ke bawah semakin besar karena bertambahnya kulit yang terisi elektron.
- Energi Ionisasi dari atas ke bawah semakin kecil karena gaya tarik inti atom terhadap elektron terluar semakin lemah.
- Afinitas Elektron unsur-unsur Gas Mulia sangat kecil sehingga hampir mendekati nol.
- Titik didih unsur-unsur Gas Mulia berbanding lurus dengan kenaikan massa atom.
- Titik lebur unsur-unsur Gas Mulia mengikuti sifat titik didih.
Udara mengandung gas
mulia argon (Ar), neon (Ne), krypton (Kr), dan xenon (Xe) walaupun dalam jumlah
yang kecil. Gas mulia di industri diperoleh sebagai hasil samping dalam
industri pembuatan gas nitrogen dan gas oksigen dengan proses destilasi udara
cair. Pada proses destilasi udara cair, udara kering (bebas uap air)
didinginkan sehingga terbentuk udara cair. Pada kolom pemisahan gas argon
bercampur dengan banyak gas oksigen dan sedikit gas nitrogen karena titik didih
gas argon (-189,4 0C) tidak jauh beda dengan titik didih gas oksigen (-182,8
0C). Untuk menghilangkan gas oksigen dilakukan proses pembakaran secara
katalitik dengan gas hidrogen, kemudian dikeringkan untuk menghilangkan air
yang terbentuk. Adapun untuk menghilangkan gas nitrogen, dilakukan cara
destilasi sehingga dihasilkan gas argon dengan kemurnian 99,999%. Gas neon yang
mempunyain titik didih rendah (-245,9 0C) akan terkumpul dalam kubah kondensor sebagai
gas yang tidak terkonsentrasi (tidak mencair).
Gas kripton (Tb = -153,2 0C) dan
xenon (Tb = -108 0C) mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari gas oksigen
sehingga akan terkumpul di dalam kolom oksigen cair di dasar kolom destilasi
utama. Dengan pengaturan suhu sesuai titik didih, maka masing-masing gas akan
terpisah.
Sifat-Sifat Unsur Gas
Mulia
Dengan konfigurasi elektron yang
sudah penuh, gas mulia termasuk unsur yang stabil, artinya sukar bereaksi
dengan unsur lain, sukar untuk menerima elektron maupun untuk melepas elektron.
a. Afinitas Elektron
Dengan elektron valensi yang sudah
penuh, unsur gas mulia sangat sukar untuk menerima elektron. Hal ini dapat
dilihat dari harga afinitas elektron yang rendah.
b. Energi Ionisasi
Kestabilan unsur-unsur golongan gas
mulia menyebabkan unsur-unsur gas mulia sukar membentuk ion, artinya sukar
untuk melepas elektron. Perhatikanlah data energi ionisasinya yang besar
sehingga untuk dapat melepas sebuah elektron (untuk dapat membentuk ion)
diperlukan energi yang besar. Helium adalah unsur gas mulia yang memiliki
energi ionisasi paling besar.
c. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom unsur-unsur golongan
gas mulia sangat kecil (dalam satu golongan, semakin keatas semakin kecil)
sehingga elektron terluar relatif lebih tertarik ke inti atom. Oleh sebab itu,
atom-atom gas mulia sangat sukar untuk bereaksi.
d. Wujud Gas Mulia
Titik didih dan titik leleh
unsur-unsur gas mulia lebih kecil dari pada suhu kamar (250C atau 298 K)
sehinga seluruh unsur gas mulia berwujud gas. Karena kestabilan unsur-unsur gas
mulia, maka di alam berada dalam bentuk monoatomik.
Sampai dengan tahun 1962,
para ahli masih yakin bahwa unsur-unsur gas mulia tidak bereaksi. Kemudian
seorang ahli kimia kanada bernama Neil Bartlet berhasil membuat persenyawaan
yang stabil antara unsur gas mulia dan unsur lain, yaitu XePtF6.
Keberhasilan ini
didasarkan pada reaksi:
PtF6 + O2 → (O2)+ (PtF6)-
PtF6 ini bersifat
oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki harga energi ionisasi 1165 kJ/mol,
harga energi ionisasi ini mendekati harga energi ionisasi unsur gas mulia Xe =
1170 kJ/mol.
Atas dasar data tersebut,
maka untuk pertama kalinya Bartlet mencoba mereaksikan Xe dengan PtF6 dan
ternyata menghasilkan senyawa yang stabil sesuai dengan persamaan reaksi:
Xe + PtF6 → Xe+(PtF6)-
Setelah berhasil
membentuk senyawa XePtF6, maka gugurlah anggapan bahwa gas mulia tidak dapat
bereaksi. Kemudian para ahli lainnya mencoba melakukan penelitian dengan
mereaksikan xenon dengan zat-zat oksidator kuat, diantaranya langsung dengan
gas flourin dan menghasilkan senyawa XeF2, XeF4, dan XeF6. Reaksi gas mulia
lainnya, yaitu krypton menghasilkan senyawa KrF2. Radon dapat bereaksi langsung
dengan F2 dan menghasilkan RnF2. Hanya saja senyawa KrF2 dan RnF2 bersifat
(tidak stabil).
Senyawa gas mulia He, Ne,
dan Ar sampai saat ini belum dapat dibuat mungkin karena tingkat kestabilannya
yang sangat besar.
Kereaktifan
gas mulia
Gas mulia dalam keadaan
dasarnya memenuhi kondisi untuk kestabilan kimia (1) tidak memiliki elektron
yang tidak berpasangan, (2) energi ionisasi sangat besar dan (3) afinitas
elektronnya negatif dan dengan demikian kereaktifannya sangat rendah. Akan tetapi,
beberapa reaksi dapat terjadi jika kondisinya sebagian tidak dipenuhi. Meskipun
energi ionisasi untuk atom gas mulia besar, nilainya menurun dalam urutan
sebagai berikut, He (24.6 eV), Ne (21.6 eV), Ar (15.8 eV), Kr (14.0 eV) dan
ionisasi energi untuk Xe adalah 12.1 eV, yang lebih kecil dari energi ionisasi
untuk atom hidrogen (13.6 eV). Hal ini memberikan indikasi bahwa kondisi tidak
berlaku untuk Xe. Dengan mencatat kecenderungan ini, N. Bartlet melakukan
sintesis XePtF6 dari Xe dan PtF6 pada tahun 1962 dan juga N. H. Clasen
memperoleh XeF4 melalui reaksi termal antara Xe dan F2 pada tahun 1962.
Selanjutnya, XeF2, XeF6, XeO3, XeO4 dan beberapa senyawa gas mulia lainnya
telah berhasil disintesis dan mengakibatkan hipotesis bahwa gas mulia adalah
gas yang tidak reaktif ditolak. Contohnya :
3Xe(g) + 6F2(g) --->
XeF2(s) + XeF4(s) + XeF6(s)
Setelah itu didapat tak
kurang dari 200 jenis senyawa gas mulia. Awalnya kripton diduga tidak tidak
bersenyawa dengan unsur lainnya, tapi sekarang sudah ditemukan beberapa senyawa
kripton. Di alam, kripton memiliki enam isotop stabil. Dikenali juga 1 isotop
lainnya yang tidak stabil. Garis spektrum kripton dapat dihasilkan dengan mudah
dan beberapa di antaranya sangat tajam untuk bisa dibedakan. Awalnya kripton
diduga tidak tidak bersenyawa dengan unsur lainnya, tapi sekarang sudah
ditemukan beberapa senyawa kripton. Kripton difluorida sudah pernah dibuat
dalam ukuran gram dan sekarang sudah dapat dibuat dengan beberapa metode.
Senyawa fluorida lainnya dan garam dari asam oksi kripton pun telah dilaporkan.
Ion molekul dari ArK+ dan KrH+ telah diidentifikasi dan diinvestigasi, demikian
juga KrXe dan KrXe+ pun telah memiliki beberapa bukti.
Syarat-syarat
pembentukan senyawa gas mulia
1. Gas mulia
keelektropositifannya besar (Kr, Xe).
2. Atom gas mulia yang
mudah mengion (dan karenanya, berat).
3. Unsur lain yang akan
bersenyawa dengan gas mulia keelektronegatifannya besar (F, O).
Beberapa contoh senyawa gas mulia
Senyawa Biloks Xe Nama
Hibridisasi Bentuk Molekul
XeF2 +2 Xenon di fluorida
sp3d linier(garis lurus)
XeF4 +4 Xenon
terafluorida sp3d2 Segiempat planar
XeF6 +6 Xenon
heksafluorida sp3d3 Oktahedral terdistorsi
XeO3 +6 Xenon trioksida
sp3d3 segitiga piramida
XeO4 +8 Xenon tetraoksida
sp3d4 tetrahedral
XeOF4 +6 Xenon oksi
tetrafluorida sp3d3 segiempat piramida
Dengan menggunakan teori
VSEPR maka kita dapat meramalkan bentuk geometri bentuk molekul- molekul.
Berikut ini dicontohkan bagaimana menentukan bentuk geometri molekul XeF2, dan
XeF4. Diantara molekul-molekul tersebut ada yang memiliki pasangan elektron
bebas dan ada yang tidak, jadi molekul-molekul tersebut adalah contoh yang
bagus untuk lebih memahami teori VSEPR.
Pertama kita harus
mementukan struktur lewis masing-masing molekul. Xe memiliki jumlah elektron
valensi 8 sedangkan F elektron valensinya adalah 7.(lihat gambar dibawah)
Struktur Lewis XeF2
seperti gambar sebelah kiri, dua elektron Xe masing-masing diapakai untuk
berikatan secara kovalen dengan 2 atom F sehingga meninggalkan 3 pasangan
elektron bebas pada atom pusat Xe. Hal yang sama terjadi pada molekul XeF4
dimana 4 elektron Xe dipakai untuk berikatan dengan 4 elektron dari 4 atom F,
sehingga meninggalkan 2 pasangan elektron bebas pada atom pusat Xe.
Lihat gambar diatas XeF2
memiliki 2 pasangan elekktron terikat (PET) dan 3 pasangan elektron bebas (PEB)
jadi total ada 5 pasangan elektron yang terdapat pada XeF2, hal ini menandakan
bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF2 adalah trigonal
bipiramid. Karena terdapat 3 PEB maka PEB ini masing masing akan menempati
posisi ekuatorial pada kerangka trigonal bipiramid, sedangkan PET akan
menempati posisi aksial yaitu pada bagian atas dan bawah. Posisi inilah posisi
yang stabil apabila terdapat atom dengan 2 PET dan 3 PEB sehingga menghasilkan
bentuk molekul linear. Jadi bentul molekul XeF2 adalah linier.(lihat gambar
dibawah).
Lihat gambar strutur
lewis XeF4 memiliki 4 pasangan elekktron terikat (PET) dan 2 pasangan elektron
bebas (PEB) jadi total ada 6 pasangan elektron yang terdapat pada XeF4, hal ini
menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF4 adalah
oktahedral. Karena terdapat 2 PEB maka PEB ini masing masing akan menempati
posisi aksial pada kerangka oktahedral, sedangkan PET akan menempati posisi
ekuatorial. Posisi inilah posisi yang stabil apabila terdapat atom dengan 4 PET
dan 2 PEB sehingga menghasilkan bentuk molekul yang disebut segiempat planar.
Jadi bentul molekul XeF2 adalah segiempat planar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah dengan sopan