Rabu, 30 Maret 2016

Karbit: Sang Stimulus Pematangan Buah




Dalam keseharian, terutama bagi mereka yang suka berbelanja di pasarpasar tradisional, mungkin sudah bukan hal yang asing lagi dengan kata karbit. Zat tersebut sangat akrab dengan para penjual buah pisang, karena digunakan untuk mempercepat pematangan buah pisang.

Tidak akan asing pula kata karbit bagi mereka yang kesehariannya bekerja sebagai tukang las logam (yang masih menggunakan las karbit), karena zat itu pula yang berperan sebagai sumber penghasil gas yang akan digunakan untuk pengelasan.

Jika kita buka kamus kimia untuk mencari penjelasan dari kata karbit, pada beberapa kamus mungkin tidak akan mendapatkan penjelasannya secara langsung. Akan tetapi dalam kamus tersebut kita akan mendapatkan tulisan "Lihat: Kalsium karbida". Hal ini karena zat yang selama ini kita kenal namanya dengan sebutan karbit memiliki nama kimia seperti itu. Penamaan tersebut disesuaikan dengan nama-nama unsur penyusunnya, yaitu kalsium dan karbon. Secara empiris rumus kimia untuk karbit dapat dituliskan sebagai CaC2, Ca = lambang untuk atom kalsium dan C = lambang untuk atom karbon.

           Karbit (kalsium karbida) merupakan zat padat abu-abu dan dibuat dari pemanasan kalsium oksida (batu kapur) dengan kokas (arang karbon) pada suhu sekitar 2.000° celsius. Secara kimia proses pembuatan karbit ini dapat dilukiskan dalam bentuk persamaan reaksi berikut.

CaO(s)          +        C(s)       -->      CaC(l ) +CO(g)
         Kalsium oksida         karbon                 karbit

Dari persamaan reaksi di atas dapat dilihat bahwa karbit yang dihasilkan dari reaksi tersebut berupa cairan oleh karena itu karbit cair tersebut selanjutnya didinginkan sampai memadat, sehingga jadilah karbit yang padat seperti yang sering kita lihat sehari-hari. Salah satu sifat karbit yang sering dimanfaatkan masyarakat yaitu kemampuannya untuk menghasilkan gas jika bercampur dengan air. Gas tersebut yaitu gas asetilen atau etuna dengan rumus kimia C2H. Persamaan reaksi kimianya sebagai berikut.

CaC2(s) + 2H2O(l ) à Ca(OH)2(aq) + C2H2(g)

Karbit sering digunakan sebagai stimulus pematangan buah pisang. Secara alamiah, buah pisang akan menghasilkan gas asetilen untuk mempercepat pematangan. Dengan mengenali sifat ini, proses pematangan buah akan dapat dipercepat dengan memanfaatkan sifat karbit seperti disebutkan di atas. Karbit sering digunakan untuk pengelasan logam (las karbit). Gas asetilen yang dihasilkan dari reaksi karbit dengan air adalah gas yang memiliki sifat mudah terbakar, nyala terang, dan berkalor tinggi (Mulyono HAM, 1997 : 2.500°C ; Yayan Sunarya, 2.000: 3.000°C). Oleh karena itu dengan kalor sebesar ini memungkinkan besi untuk dapat dilelehkan (titik leleh besi = 1.535°C). Inilah prinsip dasar mengapa campuran karbit dengan air dapat digunakan untuk pengelasan logam.

 (Iman Salman/Mahasiswa Kimia FPMIPA UPI. 
Sumber: Mulyono HAM, 1997: Yayan Sunarya, 2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah dengan sopan