Dalam
keseharian, terutama bagi mereka yang suka berbelanja di pasarpasar tradisional,
mungkin sudah bukan hal yang asing lagi dengan kata karbit. Zat tersebut sangat
akrab dengan para penjual buah pisang, karena digunakan untuk mempercepat
pematangan buah pisang.
Tidak
akan asing pula kata karbit bagi mereka yang kesehariannya bekerja sebagai tukang las logam
(yang masih menggunakan las karbit), karena zat itu pula yang berperan sebagai
sumber penghasil gas yang akan digunakan untuk pengelasan.
Jika
kita buka kamus kimia untuk mencari penjelasan dari kata karbit, pada beberapa kamus mungkin tidak akan mendapatkan
penjelasannya secara langsung. Akan tetapi
dalam kamus tersebut kita akan mendapatkan tulisan "Lihat: Kalsium karbida". Hal ini karena zat
yang selama ini kita kenal namanya dengan
sebutan karbit memiliki nama kimia seperti itu. Penamaan tersebut disesuaikan dengan nama-nama unsur penyusunnya, yaitu
kalsium dan karbon. Secara empiris rumus
kimia untuk karbit dapat dituliskan sebagai CaC2, Ca = lambang untuk atom kalsium dan C = lambang untuk atom
karbon.
Karbit (kalsium
karbida) merupakan zat padat abu-abu dan dibuat dari pemanasan kalsium oksida
(batu kapur) dengan kokas (arang karbon) pada suhu sekitar 2.000° celsius.
Secara kimia proses pembuatan karbit ini dapat dilukiskan dalam bentuk
persamaan reaksi berikut.
CaO(s) + C(s) --> CaC(l ) +CO(g)
Kalsium oksida karbon karbit
Dari
persamaan reaksi di atas dapat dilihat bahwa karbit yang dihasilkan dari reaksi
tersebut berupa cairan oleh karena itu karbit cair tersebut selanjutnya didinginkan
sampai memadat, sehingga jadilah karbit yang padat seperti yang sering kita
lihat sehari-hari.
Salah satu sifat karbit yang sering dimanfaatkan
masyarakat yaitu kemampuannya untuk menghasilkan
gas jika bercampur dengan air. Gas tersebut yaitu gas asetilen atau etuna
dengan rumus kimia C2H. Persamaan reaksi kimianya
sebagai berikut.
CaC2(s) + 2H2O(l
) à
Ca(OH)2(aq) + C2H2(g)
Karbit
sering digunakan sebagai stimulus pematangan buah pisang. Secara alamiah, buah pisang akan menghasilkan gas asetilen
untuk mempercepat pematangan. Dengan
mengenali sifat ini, proses pematangan buah akan dapat dipercepat dengan memanfaatkan sifat karbit seperti
disebutkan di atas. Karbit sering digunakan
untuk pengelasan logam (las karbit). Gas asetilen yang dihasilkan dari
reaksi karbit dengan air adalah gas yang memiliki sifat mudah terbakar, nyala
terang, dan berkalor tinggi (Mulyono HAM, 1997 : 2.500°C ; Yayan Sunarya,
2.000: 3.000°C). Oleh karena itu dengan kalor sebesar ini memungkinkan besi
untuk dapat dilelehkan (titik leleh besi = 1.535°C). Inilah prinsip dasar
mengapa campuran karbit dengan air dapat digunakan untuk pengelasan logam.
(Iman Salman/Mahasiswa
Kimia FPMIPA UPI.
Sumber: Mulyono HAM, 1997: Yayan Sunarya, 2000)
Sumber: Mulyono HAM, 1997: Yayan Sunarya, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah dengan sopan